Showing posts with label Cerpen. Show all posts
Showing posts with label Cerpen. Show all posts

Thursday, June 16, 2011

Kumpulan Cerpen Lucu

Hello kawan-kawan..:) Ada beberapa cerita-cerita lucu nih..Silahkan dinikmati, resapi, dan kalo gak lucu silahkan dibaca dengan gaya kepala dibawah, kaki diatas..jiahhhhhh..:)

Salah Nurunin Resleting
Tumini seorang wanita dewasa pegawai sebuah kantor swasta asing pagi itu mau berangkat kerja dan lagi menunggu bus kota di mulut gang rumahnya. Seperti biasa pakaian yang dikenakan cukup ketat, roknya semi-mini, sehingga bodinya yang seksi semakin kelihatan lekuk likunya.

Bus kota datang, tumini berusaha naik lewat pintu belakang, tapi kakinya kok tidak sampai di tangga bus. Menyadari keketatan roknya, tangan kiri menjulur ke belakang untuk menurunkan sedikit resleting roknya supaya agak longgar.

Tapi, ough, masih juga belum bisa naik. Ia mengulangi untuk menurunkan lagi resleting roknya. Belum bisa naik juga ke tangga bus. Untuk usaha yang ketiga kalinya, belum sampai dia menurunkan lagi resleting roknya, tiba-tiba ada tangan kuat mendorong pantatnya dari belakang sampai Marini terloncat dan masuk ke dalam bus.

Tumini melihat ke belakang ingin tahu siapa yang mendorongnya, ternyata ada pemuda gondrong yang cengar-cengir melihat Tumini.

“Hei, kurang ajar kau. Berani-beraninya nggak sopan pegang-pegang pantat orang!”

Si pemuda menjawab kalem, “Yang nggak sopan itu situ, Mbak. Masak belum kenal aja berani-beraninya nurunin resleting celana gue.”


Pemeras Kecil
Seorang anak kecil yang bandel melihat kakaknya dicium oleh teman lelakinya. Esok harinya, ia menemui lelaki itu.

“Abang semalam mencium kakakku bukan?”
“Ya, tapi jangan keras-keras. Ini seribu untuk tutup mulut!”
“Terima kasih, ini uang kembaliannya lima ratus!”
“Lho, kok pakai uang kembalian segala?”
“Saya tidak mau nakal, Bang. Semua orang yg mencium kakak juga saya tagih lima ratus!”
“???!!!”


Sakit kanker ato Aids??
Seorang penderita kanker di beritahukan oleh dokternya bahwa hidupnya tidak lama lagi hanya sekitar 2 minggu lagi. Mendengar khabar tak mengenakkan hati, ia memberitahukan anaknya untuk segera mengadakan pesta besar perpisahan.

Ditengah kawan-kawannya ia menyatakan : “Maaf teman-teman, Saya mengumpulkan Kalian agar tahu bahwa Saya tak lama lagi akan meninggalkan Kalian, AIDS telah merongrong tubuh Saya.”

Anaknya dengan heran bertanya : “Ayah, mengapa Ayah berbohong atas penyebab kematian Ayah?”

Ayahnya menjawab : “Sssst, aku tak mau salah seorang dari mereka akan tidur dengan Ibumu yang cantik setelah aku meninggal kelak !”

Kalo Kerja Pake Ini
Kerja pake ini Di suatu pinggiran kota, hiduplah seorang nyonya yang cukup (sedikit mampu) dengan pembantunya yang selalu buat masalah.

Suatu hari, pembantu itu memecahkan piring untuk kesekian kalinya... akhirnya nyonya itu memanggil pembantunya sambil memaki berkata," Minah....kamu ini gimana...dasar org goblok, makanya kalau kerja itu jangan pake ini (sambil nunjuk lututnya) tapi pake ini (sambil nunjuk kepalanya, otak-red)...kamu saya pecat.."akhirnya pembantunya pergi...

5 tahun kemudian, di suatu Supermarket..si Nyonya ketemu dengan pembantunya yang dulu tapi dengan pakaian yang mewah dengan banyak perhiasan emas...

Si-nyonya memanggil," Minah, kok kamu sekarang berubah..menjadi kaya...kok bisa????
Si-pembantunya menjawab," makanya Bu, kalau kerja itu jangan pake ini (sambil nunjuk kepalanya, otak-red) tapi pake ini donk (sambil nunjuk dii antara pahanya)...."?#$#@"

Kalau Main Dokter-Dokteran Jangan di Ruang Tamu
Sepasang suami istri tertangkap basah oleh anak mereka ketika sedang melakukan hubungan badan di ruang tamu. Pasangan suami istri itu berusaha menjelaskan kepada anak mereka yang setengah remaja itu, bahwa mereka sedang bergurau dan bermain dokter-dokteran.

Dengan santai si anak menasihati orang tuanya itu, "Kalau mau main dokter-dokteran jangan di ruang tamu, nanti kalau ada orang ngeliat kan disangka sedang melakukan hubungan suami-istri....!"

Sunday, June 12, 2011

CERPEN TENTANG CINTAKU

cerpen TENTANG CINTAKU - Syifa    Aku Sania anak berumur 16 tahun yang memang tidak menyukai tentang cinta. Mau tau kenapa? Karena setahun yang lalu aku memiliki pacar yang sangat setia, namun suatu hari saat temanku sedang bersamaku ia menunjukkan sebuah foto dan video mengenai pacarku yang setia itu bersama dengan wanita lain di sebuah Cafe. Awalnya aku tidak mempercayainya, namun setelah aku tidak sengaja berpapasan dengan dia saat keadaan di mobil yang sopirku kendarai terkena sedikit kemacetan aku melihat mobil sebelahku sedang berbicara dengan lawan jenisnya ketika aku perhatikan ternyata dia adalah pacarku yang ku angap setia. Betapa menyakitkan hatiku saat itu. Keesokkan harinya aku menunjukan sebuah foto berserta mobil pacarku itu yang sedang berbicara di mobil dengan lawan jenisnya. Pacarku yang mulanya membantah akhirnya aku putuskan untuk mendesaknya agar ia mengakui kesalahannya.


    Aku pun memutuskan untuk tidak saling mengenal dia lagi. "Kalau begitu anggap saja kita tidak pernah berkenalan. Dan lupakan semua hal-hal besar hingga kecil dari semua kenangan kita." Kataku padanya sambil mengeluarkan setetes demi setetes air mataku. Dia pun mencoba mengusap air mataku namun ku tolak aku langsung lari sekencang mungkin hingga ku terjatuh. Ia pun tidak mengejarku.Awalnya mengejar, namun ketika ku mulai jauh dia pun tidak mengejarku lagi.Aku terjatuh. "Aduh..." Kataku sambil melihat dengkulku yang tergores sebuah ranting. Datang sahabatku yang bernama Santi. "Ya ampun Nia loe kenapa? Kok bisa gini?." Tanya sahabatku sambil membantuku untuk pulang. Aku pun pulang, banyak SMS dan Misscall dari Riki pacar yang menduai aku.

    Malam hari aku melihat Handphone ku. Dan aku segera membanting Telephone genggamku dan segera mengganti nomor baru. "Mungkin dengan aku mulai nomor baru Riki sudah tidak bisa mengenal dan berkontak lagi dengan aku." Kataku. Akhirnya aku pun membeli nomor baru pada keesokan harinya. Ketika aku membeli nomor baru seseorang remaja sekitar seumuranku. Aku pun membeli nomor baru dan pulang. Sekitar pukul 1 siang aku menonton TV, akan tetapi sku tertidur pulas di depan TV hingga pukul 3. Aku membaca novel kesukaanku, lalu ketukan pintu terdengar dari ruang TV aku pun segera membukakan pintu dan betapa terkejutnya Riki membawa sebuket bunga untukku. "Aku bisa jelasin semuanya kok San." Kata Riki. "Please terima bunga aku dan kita seperti dulu." Katanya lagi. Aku pun dengan pelan menerima bunganya dan apa yang terjadi? Bunga itu aku lempar ke lantai dan aku injak dengan penuh kesal dan benci. "Pergi loe dari kehidupan gw." Kataku menangis sedih dan menutup pintu hingga ia... Terhantam pintu. "Please.. Forgive me... Aku bisa jelasin kok... Please buka pintunya," Katanya. Semenjak kejadian itu dia tak lagi muncul di hidup aku hingga saat ini.

    "Selamat Pagi anak-anak..." Kata Wali Kelas XI. "Selamat pagi bu..." Seru kami semua. "Baik, hari ini kita kedatangan murid pindahan luar negri. Ayuk nak! Tak usah malu-malu." Kata Wali Kelas XI Bu Lina. Lalu anak baru itu masuk dengan wajah malu. Betapa terkejutnya aku dan anak lain khususnya anak perempuan. Ternyata anak baru itu super tampan dan menawan. Anak itu mengenalkan dirinya kepada kami semua. Anak itu duduk di depanku. Bel pun berbunyi kami segera istirahat aku dan Santi menuju kantin sekolah. Kami memesan bakso plus mie. Aku memutuskan yang memesan makanan kami. "Oke Ti, gw pesenin loe ya sekalian gw deh yang bayarin abisnya hari ini gw dikasih uang lumayan lebih sama bokap." Kataku sambil berjalan namun aku tidak memandang arah jalanku aku menoleh ke Santi yang berada di belakang dan....

    BRUK! Aku menabrak Brian cowok baru itu. Buku yang dia bawa jatuh sehingga aku bantu membereskannya. Lalu kejadian pun terjadi tak sengaja aku memegang tangannya karena buku yang kami ingin rapihkan secara bersamaan terpegang. Kami pun saling pandang ya... Sekitar 3 detik dan.. "Sorry gw gak sengaja." Kataku memerah. "It's ok." Katanya. "Gimana karena loe anak baru loe gabung aja sama gw and temen gw di bangku sana?." Tanyaku sambil menunjuk ke bangku aku dan Santi tempati. "Oh ya.. Entar gw deh yang traktir loe." Kataku lagi. "Tapi..." Katanya. "Udah gak usah tapi-tapian." kataku. Aku pun memesan makanan dan minuman. Kami banyak tukar pikiran dan dia meminta nomor hapeku. Setelah pulang sekolah. "Eh gw boleh nanya loe ga Nia?." Tanya Santi. "Nanya apa?." Tanyaku balik. "Tapi janji loe ga marah." "Iya...Gw ga marah." Kataku. "Loe...Mau ga.. Rasain cinta lagi? Ets... Jangan marah ya.. Kan udah janji." "Iya... Gw ga marah... Kayaknya bisa deh.. Kan udah setengah semester gw lupain si Riki." Kataku.

    Kami pun pulang bersama di pertengah perjalanan mobil mewah berhenti di depan kami. "Sania? Santi?." Kata seseorang. "Brian?." Kata kami bersamaan. "Bareng yuk!." "Boleh!." Kataku. Kami pun masuk ke mobil itu. Karena Santi lebih dekat akhirnya Brian dan aku masih di mobil. "Bye!." Kata Brian. "Daa..." Kataku. Kami pun berdua di mobil. "Can.. Eh maksud gw boleh ga gw tanya loe sesuatu?." Tanya Brian. "Sure.. Why not?." Kataku. "Loe.. Udah punya BoyFriend?." Tanya Brian. "Kok ni orang baru pertama ketemu gw udah nanya kayak gitu ya?." Kataku dalam hati. "Hmh...Dulu doang sekarang sih udah Over." Kataku. "Oh.." Katanya. Aku pun sampai di rumahku. Brian membukakan pintuku dan mengucapkan selamat tinggal. Malam hari sebelum aku tidur aku dapat SMS dari Brian.Isinya:

    "Besok jam 7 malem ketemuan ya di Cafe pertigaan deket rumah Loe."

    Aku pun membalasnya dengan kata. "Yes!." Keesokannya kami bertemu di Cafe itu. Betapa senangnya aku karena tempat yang dia sediakan untuku sangat romantis. Aku pun di persilahkan duduk. "Gimana? Loe seneng?." Tanyanya. Setelah itu kami dengar alunan lagu romantis. "Gw seneng banget." Jawabku. Aku pun di ajak berdansa dengan Brian. Ketika aku sedang berdansa muncul seorang laki yang memisahkan kami. Siapa dia? Ya!! Dia adalah Riki. "Riki?." "Ya.. Ini aku Nia." katanya. "Oh.. Jadi ini yang nyakitin Nia." Kata Brian. "Ko loe tau?." Tanyaku. "Gw tau dari Santi." Kata Brian. "Please Nia....Aku masih ga bisa lupain loe." Kata Riki. "Pergi! Gw gak mau liat muka loe di hadapan gw! Gw sudah terlanjur melupakan loe. Tapi kenapa loe datang di kehidupan gw lagi? Udah cukup loe nyakitin hati kecil gw!." Kataku yang langsung pergi meninggalkan tempat.

    "Nia! Wait! Gw bakal nyusul loe!." Kata Brian. "Aku juga." Kata Riki. Aku pun duduk di sebuah bangku panjang dan menangis. "Kenapa seseorang yang gw sudah lupain kembali lagi?." Kataku sambil mengeluarkan air mata perih. Lalu ada dua tangan yang menyodorkan 2 tissue. Aku bingung mau mengambil Tissue yang mana. Ketika aku lihat. Ternyata yang satu tangannya Brian dan satunya lagi Riki. Aku memutuskan untuk mengambil punya Brian. Riki tetap berkata hal yang sama. "Aku bisa jelasin semua." Kata Riki. Aku pun berkata. "Ok apa yang mau lo katakan." Kataku. "Sebenarnya aku emang selingkuh. Tapi... Aku gak bisa bohongin semua aku suka sama kamu, jadi perempuan itu aku gak bisa cintain walaupun aku paksa." Katanya. "Well...Terpaksa? Kenapa loe masih aja pacaran waktu itu?." Tanyaku sambil mengusap air mataku. "Aku gak tau..Tapi kalau kamu mau balikan dengan aku, aku janji akan bahagiain kamu." Kata Riki. "Loe mau tau cara bahagiain gw gimana?." Tanyku. "Iya." Katanya sambil memandang mataku. "Tinggalin gw dan jangan pernah deket gw lagi. Ayuk Brian gw mau pulang." Kataku menggandeng Brian dan pergi.

    "Kenapa? Kenapa Nia ga mau sama gw lagi? Niaaaaaaaaaaa....." Kata Riki dengan teriak memanggil namaku. Di Mobil Brian aku terdiam. "Forget it! Masih banyak laki-laki yang lebih baik dari dia. Loe belum tau bahwa ada laki yang mencintai loe. Yaitu gw." Kata Brian sambil memegang tangan Nia. "Maaf Brian gw ga bisa jawab sekarang. Gw butuh waktu. Sekitar 2 hari." Kataku. "Ok gw ngerti. Gimana di Taman dekat rumah gw. Di sana loe bisa jawab semua pertanyaan gw." Kata Brian. "Iya.. Gw mau kok ke sana." Kataku. Jujur aku sangat bingung. Apa aku harus memulainya dengan baru? Aku pun meminta pendapat dari sahabatku Santi dia pun berkata aku harus mencoba. Aku tidak boleh masuk ke dalam jurang dan tidak mau berusaha bangkit dan naik ke atas lagi.

    Tibanya hari itu aku ke Taman dekat rumah Brian. "Hai Nia!." Sapa Brian. "Hai!." Kataku. "Ini ada bunga dari gw buat loe kalau loe nerima gw loe ambil bunga ini, terus loe hirup bunga ini dari dalam. Tapi kalau loe tolak gw lo ambil bunga ini, terus loe lempar jauh-jauh." Katanya. "Baik..." Kataku. Aku pun segera mengambilnya dan langsung menghirup bungan mawar merah kesukaanku.Aku pun memiliki kekasih yang sangat baik, dan penuh perhatian. Aku senang sekali. Dan Riki... Dia ngerti.. Dia bilang dia senang jika aku senang.. Dan aku... Saat ini aku sudah memiliki 2 anak dari hasil perkawinan aku dan Brian. Yang pertama bernama Annisa Maura Syaputri dia pintar dan kulitnya putih. Yang kedua Melina Katania dia anak agak manja dengan ayahnya... Dan semua berakhir bahagia.

***


Tentang Penulis:

Nama    : Syifa
E-mail    : syifaabdat@yahoo.com
Hobby    : Menulis, membaca, bermain Internet, dan berenang
Thanks ya aku harap kalian dapat menerima cerpenku dengan baik..Makasih jika bisa di Publish di Internet Makasih banyak....

Saturday, May 14, 2011

Cerpen Remaja "Lagu Terakhir Untuk Ita"

Cerpen remaja ini merupakan kiriman dari Nita Widya Ratna. Kalau kamu ingin cerpen karya kamu dipublikasikan di blog ini, silahkan kirimkan cerpen kamu lewat email. Syarat dan ketentuan bisa dibaca di halaman Kirim Cerpen. Oke, langsung kita simak yuk, cerpen kiriman Nita yang berjudul "Lagu Terakhir Untuk Ita" ini.

Lagu Terakhir Untuk Ita

Sudah hampir dua jam Ita mondar-mandir mengelilingi kamarnya, gadis ini terlihat sangat gelisah. Berulang kali dia melirik hp kecil yang ada di tempat tidurnya, tapi tak ada satu pun pesan masuk yang tampak di hp itu.

“Kamu kemana, sih? Kok sms ku nggak di balas-balas” gerutu Ita sambil memencet nomer telepon dengan cepat.

Sebelum Ita sempat menelpon, sebuah SMS masuk dan di layar ponsel itu tertulis My Prince. Secepat kilat dia membuka SMS itu lalu membacanya dengan tidak sabar. Ternyata orang yang selama ini dia tunggu itu baru saja selesai bertanding dalam turnamen voli. Setelah membalas SMS itu, Ita memejamkan matanya untuk tidur, karena malam telah larut.

Keesokan harinya...

Seperti biasa, Ita selalu mengirimkan ucapan selamat pagi pada kekasihnya sebelum dia berangkat kuliah. Namun, hatinya kembali tak tenang ketika sang kekasih belum juga membalas SMS-nya hingga sore hari. Berkali-kali dia mengirimkan SMS, hingga akhirnya balasan yang ditunggu datang.
-aku udah solat dan makan kok-

Ita langsung membalas SMS itu, tapi setelah beberapa kali SMS-an, dia merasa ada yang aneh dengan pesan dari kekasihnya itu. Hingga akhirnya dia tahu kalau ternyata yang membalas SMS itu bukanlah Ivan pacarnya, tapi temannya. Hal itu membuat Ita sangat marah dan tidak membalas SMS itu lagi. Dia berharap pacarnya akan menghubunginya dan meminta maaf langsung padanya.

Tapi pertengkaran itu malah berlanjut hingga malam hari. Meskipun Ivan telah meminta maaf, tapi Ita masih juga kesal dengan sikap Ivan yang tidak mau membalas SMS-nya. Dan malam itu pun berakhir tanpa ada SMS dari keduanya.

Pertengkaran kedua pasangan itu berakhir dengan kata putus yang dikirimkan lewat SMS oleh Ivan. Hal itu membuat Ita yang sejak awal sudah sedih akhirnya menangis di depan sahabat-sahabatnya. Dia tidak menyangka pacar yang selama ini sangat dicintainya ternyata tega memutuskan hubungan mereka begitu saja. Namun, setelah mendengar alasan Ivan yang sudah merasa tidak nyaman lagi dengan dia, Ita akhirnya menerima keputusan itu dengan hati yang hancur.

Malam harinya, Ita yang masih stres dengan kenyataan yang menyakitkan itu mendadak jatuh sakit. Tubuhnya demam dan kadang dia menggigil. Dia berharap Ivan akan menghubunginya dan bilang kalau mereka tidak jadi putus. Tapi harapan itu, hanya menjadi harapan semata, karena tak satu pun SMS dari Ivan yang masuk ke hp-nya.

* * *
Sudah hampir seminggu Ita sakit, hingga akhirnya dia harus di rawat di rumah sakit. Tapi kondisinya belum juga membaik. Maag yang selama ini di deritanya ternyata sudah sangat parah hingga menimbulkan pendarahan. Dokter pun mengatakan kalau salah satu faktor yang menyebabkan penyakit Ita semakin parah adalah stres yang dialaminya hingga membuat kondisi tubuhnya menurun.

Gati, sahabat Ita yang paling mengerti keadaan Ita hanya bisa menatap iba tubuh sahabatnya yang sekarang terkulai lemah diatas tempat tidur. Wajahnya pucat dan tubuhnya semakin kurus. Gati sangat mengerti perasaan Ita yang merasa sangat kehilangan Ivan kekasihnya. Kadang samar-samar dia mendengar Ita menyebut nama Ivan dalam tidurnya, dan hal itu membuat Gati menangis, tak sanggup melihat penderitaan yang di rasakan oleh sahabatnya itu.

“Ta, gmn keadaan kamu sekarang?” tanya Gati ketika sahabatnya baru saja bangun.

“Alhamdulillah udah mendingan, udahlah nggak usah cemas gitu” jawab Ita, wajahnya terlihat pucat.

“Kamu masih mikirin Ivan, ya?”

“Maksud kamu?”

“Dari kemarin aku dengar kamu memanggil nama Ivan berkali-kali saat kamu lagi tidur. Kamu kepikiran dia lagi?” tanya Gati cemas.

“Iya, aku kangen sama dia. Apa dia menghubungiku?” jawab Ita.

“Setahu aku, sih, belum ada SMS ataupun telepon dari dia. Kenapa?”

“Enggak apa-apa, cuma mau tahu aja dia peduli atau nggak” jawabnya, wajahnya terlihat sedih.

“Apa perlu aku telepon dia untuk kasih tahu keadaan kamu?”

“Enggak usah, aku nggak mau dikasihani sama dia.”

Gati hanya bisa diam mendengar jawaban sahabatnya itu. Rasa kagum dan sedih bercampur di hatinya. Kagum akan ketegaran sahabatnya itu, tapi sedih melihat penderitaan yang harus dialami Ita. Gati tahu di saat sakit seperti itu, pasti Ita ingin Ivan ada bersamanya, dan nggak meninggalkannya seperti ini.

Hampir tiga minggu Ita di rawat di rumah sakit, dan selama itu juga Gati selalu memperhatikan perkembangan kesehatan sahabatnya itu. Setiap kali Ita merasa sakit di tubuhnya ataupun tubuhnya demam, Ita selalu mendengarkan sebuah lagu ciptaan Ivan, mantan kekasihnya. Dan seperti mukjizat, keadaan Ita perlahan membaik setelah mendengar lagu itu. Gati akhirnya mengerti kerinduan Ita pada Ivan sangatlah besar hingga menyiksa seluruh tubuhnya bukan hanya hatinya.

Hingga suatu hari, tanpa sepengetahuan Ita, Gati menelpon Ivan yang ada di luar kota. Dia menceritakan keadaan Ita pada cowok itu, dan dia juga meminta Ivan untuk datang menemui Ita. Tapi, Ivan masih belum juga mau menemui Ita.

“Aku mohon sama kamu, Ita butuh kamu. Tolong datanglah ke Jakarta dan temui Ita walaupun hanya sebentar” ucap Gati.

“Aku belum bisa menemui dia, lagipula kehadiranku malah bisa membuat dia semakin sakit” jawab Ivan.

“Satu kali saja, tolong temui dia. Mungkin dengan bertemu denganmu dia bisa sembuh. Atau kamu akan menyesal” paksa Gati.

“Apa maksud kamu? Memang penyakitnya itu parah?”

“Datang dan lihatlah sendiri keadaan Ita sekarang. Sebelum kamu menyesal untuk selamanya” ucap Gati sebelum mengakhiri teleponnya.

* * *

Beberapa hari setelah telepon itu, Ivan mengabari Gati kalau dia akan ke Jakarta untuk menemui Ita. Gati yang mendapat kabar menggembirakan itu langsung menemui Ita. Tapi sayangnya Ita sedang tidur saat itu. Gati hanya bisa menunggu, sampai Ivan tiba di Jakarta dua hari lagi.

Hari itu akhirnya tiba juga. Ivan, orang yang selama ini di tunggu kedatangannya oleh Ita dan Gati akhirnya datang. Dia meminta Gati mengantarkannya ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit, Ivan terdiam melihat keadaan gadis yang ada di kamar rawat itu. Sosok yang selama ini tidak pernah di jumpainya, kini dilihatnya dengan kondisi yang memprihatinkan. Selang infus terpasang di tangannya, matanya terpejam, tapi di kedua telinganya terpasang headset agar Ita bisa selalu mendengarkan lagu musik yang bisa menenangkan.

“Dia hanya sedang tidur. Tunggu saja, sebentar lagi juga dia bangun” ucap Gati yang berdiri di belakang Ivan.

“Sudah berapa lama dia seperti ini?” tanya Ivan, dia mulai berjalan mendekati tempat tidur Ita.

“Hampir satu bulan dia terbaring di tempat tidur itu. Sekarang coba kau dengar lagu yang sedang di dengarkan Ita” ucap Gati sambil melepas satu headset itu dan memberikannya pada Ivan.

Ivan terkejut ketika mendengar lagu itu, lagu yang pernah dia ciptakan untuk Ita dulu. Dia tidak menyangka gadis itu masih menyimpan rekaman lagu itu. Kedua matanya menatap wajah Ita yang tertidur.

“Itulah yang membuat Ita bertahan selama ini. Itu yang dia lakukan bila sedang merindukanmu. Suaramu yang sangat dia rindu” ucap Gati.

Ivan yang masih merasa terkejut perlahan memegang tangan Ita, kedua matanya tak lepas dari wajah Ita. Terlihat masih ada kasih sayang yang dalam dari tatapan itu. Tiba-tiba tangan yang di pegang Ivan bergerak, Ita bangun dari tidurnya. Dan dia terkejut ketika ada seorang cowok duduk di sampinya sambil memegang tangannya.

“Tenang, Ta. Dia Ivan, orang yang selama ini kamu rindu” ucap Gati.

“Ivan? Kenapa bisa ada disini?” tanya Ita yang masih terkejut.

“Maaf, ya. Aku yang menelpon dia dan meminta dia untuk datang menjengukmu. Karena aku nggak tega melihat kamu seperti ini terus.”

“Kenapa kamu bisa sampai kayak gini? Kenapa kamu nggak menjaga kesehatanmu?” tanya Ivan yang masih tetap menatap wajah Ita.

“Itu bukan urusanmu” sahut Ita sambil melepaskan genggaman Ivan.

“Waktu itu kamu kan udah janji, bisa terima keputusanku untuk mengakhiri hubungan kita, dan berjanji akan baik-baik saja. Tapi kenapa sekarang kamu kayak gini?”

Ita hanya diam dan memalingkan wajahnya dari Ivan. Sementara Ivan masih terus berbicara pada Ita. Gati yang melihat itu hanya berharap keadaan Ita akan membaik setelah bertemu Ivan. Dan ternyata benar, setelah berdebat cukup lama akhirnya Ita dan Ivan mulai akrab kembali. Wajah Ita yang tadinya pucat juga mulai berubah cerah.

Pertemuan antara Ita dan Ivan terus berlangsung selama seminggu, dan selama itu keadaan Ita berangsur membaik. Suatu hari, Ita ingin pergi ke pantai bersama Ivan, dia ingin melihat sunset bersama orang yang di cintainya. Walaupun awalnya dokter, orang tua Ita, dan Ivan tidak setuju, tapi demi kesembuhan Ita, akhirnya mereka menyetujui permintaan Ita itu. Dan pergilah mereka berdua ke pantai untuk melihat sunset.

Di pantai itu, Ivan menyanyikan lagu yang baru di buatnya untuk Ita. Lagu yang liriknya adalah ciptaan Ita, dulu dia pernah meminta Ivan untuk menciptakan lagu dari lirik yang dibuatnya. Dan kini lagu itu telah selesai dan Ivan menyanyikannya secara langsung untuk Ita.

Keadaan yang sangat romantis itu membuat Ita bahagia. Berkali-kali dia tersenyum dan tertawa saat bersama Ivan. Kebahagiaan yang entah akan bertahan sampai kapan.

“Aku bahagia banget hari ini, karena bisa pergi sama kamu, tertawa dan melihat sunset bersama kamu. Dan yang lebih membahagiakan, aku bisa mendengar lagu itu secara langsung” ucap Ita sambil memandang langit.

“Aku juga senang bisa jalan sama kamu. Makanya kamu harus cepat sembuh, nanti kita bisa jalan-jalan lagi” sahut Ivan.

“Iya. Rasanya aku nggak ingin ini berakhir, aku ingin terus bersama kamu. Bahagia seperti ini.”

Ivan hanya bisa tersenyum mendengar ucapan Ita. Lalu mencium kening Ita dengan lembut. Ita yang terkejut hanya bisa menatap Ivan, lalu tersenyum.

“Aku sayang kamu. Cepat sembuh, ya” ucap Ivan.

Air mata mengalir dari mata Ita. Suasana mengharukan itu terlihat sangat membahagiakan. Setelah itu mereka kembali ke rumah sakit karena Ita masih harus di rawat.

* * *

Sebuah kabar mengejutkan membuat Ivan dan Gati datang ke rumah sakit lebih pagi dari biasanya. Keadaan Ita yang belakangan ini mulai membaik, tiba-tiba drop. Semua dokter dan perawat sibuk mengatasi keadaan itu. Sedangkan Ivan, Gati dan keluarga Ita hanya bisa menunggu dan berdoa dari luar ruang ICU.

Setelah beberapa lama menunggu, akhirnya dokter membolehkan mereka untuk masuk ruangan itu dan melihat kondisi Ita yang sudah sadar. Wajah gadis itu semakin pucat dan tubuhnya dingin. Tapi dia masih tersenyum saat melihat keluarga dan dua orang yang berharga baginya itu masuk ke kamarnya.

“Kamu nggak apa-apa kan, sayang?” tanya orang tua Ita.

“Aku baik-baik aja kok, Bu” sahut Ita yang masih lemah.

“Ivan, aku mau mendengar kamu menyanyi. Tolong nyanyikan lagu itu sekarang. Aku mau dengar” ucap Ita dengan suara yang hampir seperti bisikan.

“Nanti saja, sekarang kamu istirahat dulu” sahut Ivan.

“Aku mau mendengarnya sekarang. Aku lelah, ingin istirahat. Aku ingin mendengar lagu itu untuk menemani tidurku.”

“Nyanyikan saja” ucap Ibu Ita.

Akhirnya Ivan menyanyikan lagu yang ingin di dengar Ita itu. Tangannya menggenggam tangan Ita yang dingin, Ita juga menggenggamnya dengan erat seperti tak mau lepas lagi. Perlahan matanya terpejam dan akirnya dia tertidur. Tapi bukan tidur biasa, karena monitor yang menunjukkan gerakan jantung Ita perlahan berhenti, hingga akhirnya sebuah garis muncul di monitor itu. Dan tak ada lagi pergerakan grafik detak jantung Ita. Ivan yang dari tadi menggenggam tangan Ita merasa tangan Ita perlahan melepas genggamannya.

Mereka terus memanggil Ita, tapi dia tidak juga membuka matanya. Dokter juga sudah mengatakan kalau Ita telah pergi untuk selamanya. Air mata seperti tak bisa berhenti mengalir dari mata keluarga, Gati dan Ivan. Mereka tidak menyangka, Ita yang mereka kira akan segera sembuh ternyata meninggalkan mereka secepat itu.

Begitu juga Ivan, dia tidak mengira kalau lagu yang dia nyanyikan itu adalah lagu terakhir untuk Ita. Sebelum wajah Ita di tutupi kain putih, Ivan mencium kening gadis yang pernah di cintainya itu dengan lembut.

“Selamat jalan, sayang. Maafkan aku yang telah membuatmu seperti ini. Semoga kau tenang disana.”

Wah, cerpen remaja ini endingnya sedih banget, yah...